SMP Negeri 1 Sukaresmi Memperkuat Siswa dengan Imtaq

Senin, 01 Oktober 2012

Masjid yang terletak di kompleks SMP Negeri 1 Sukaresmi seluas 11.300 m2 itu, kalau pembangunannya sudah selesai, dipastikan akan menjadi masjid terbesar di antara masjid-masjid yang ada di semua SMP di Kabupaten Cianjur. Karena memang ukurannya mencapai 324 m2, atau 18x18 m, tak jauh berdeda dengan umumnya ukuran masjid jami yang ada di-pemukimam penduduk. Bahkan uniknya, masjid sekolah yang pembangunannya saat ini mencapai 70% itu juga dilengkapi beberapa ruang inap untuk istirahat pengurus masjid, yang rencananya akan diisi dari kalangan siswa SMP itu sendiri. “Pengurus masjid direncanakan diambil dari kalangan siswa, khususnya mereka yang tinggal cukup jauh dari SMP ini, sehingga kalau mereka ingin menginap di sekolah, misalnya karena ada jadwal kegiatan ekstrakurikuler yang padat, mereka dapat tidur di ruang tersebut,” kata Kepala SMPN 1 Sukaresmi, Saepudin, S.Pd, M.Pd, kepada Parahyangan, Jumat lalu. Tapi tentu saja tujuan utamanya bukan itu. Masjid yang dibangun secara swadaya, antara lain dari infak para guru dan siswa secara sukarela itu, dimaksudkan untuk mempertkuat siswa dan seluruh warga sekolah dengan iman dan taqwa (imtaq) atau spiritual quotient (SQ). Di masjid itu nantinya akan diselenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler (eskul) yang menyangkut penguatan SQ siswa, di samping sebagai tempat ibadah salat. “Sekarang pun sebetulnya kegiatan remaja masjid sekolah sudah berjalan, sekalipun masjidnya itu sendiri masih dalam tarap pembangunan. Malah sejak bebarapa waktu lalu di SMP ini telah terbentuk Ikatan Remaja Masjid Sekolah (Irmas), dengan kegiatan antara lain belajar baca tulis al-Quran, santapan rohani dan belajar tabligh. Kegiatan seperti itu tentu akan semakin semarak setelah pembangunan masjid selesai,” papar Saepudin. Hal itu sejalan dengan keinginannya agar para siswa di SMP yang dipimpinnya sejak sekitar satu setengah tahun lalu itu, selain memiliki kecerdasan intelektual (intellectual quotient) yang diperolehnya melalui kegiatan akademis, juga memiliki SQ yang kuat untuk membetengi jiwa mereka dari berbagai pengaruh kurang baik. Maklum SMPN 1 Sukaresmi berada di kawasan wisata nasional yang cukup terkenal, tepatnya berlokasi di Jalan Mariwati Km.08, Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, atau sekitar 8 km ke arah timur dari Kota Cipanas. Wilayah itu, sekalipun bukan daerah perkoataan, tapi terbilang ramai. Internet misalnya, bukan sesuatu yang aneh. Juga kompleks vila estat yang umumnya dimiliki warga kota-kota besar, bertebaran di sana-sini. Karena Sukaresmi merupakan bagian dari Kawasan Wisata Puncak. Semua itu, selain memiliki dampak positif, juga akan ada pengaruh kurang baiknya, sehingga untuk menangkal hal itu para siswa harus memiliki Imtaq yang kuat. Inilah salah satu alasan pihak sekolah, yang didukung Komite Sekolah, membangun masjid yang cukup besar, yang nantinya akan disemarakkan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kerohanian. Bahkan terkait hal itu pula, ruang komputer yang ada di SMPN 1 Sukaresmi, selepas jam pelajaran, “disulap” menjadi semacam warnet khusus bagi siswa. Ini dimaksudkan agar para siswa yang suka mengakses internet, dapat terhindar dari konten-konten tidak baik yang ada di dunia maya. “Memang untuk bisa mengakses internet di sekolah, siswa dipungut bayaran. Tapi besarnya lebih murah dari biaya yang umumnya dikenakan warnet komersial yang ada di Sukaresmi. Hasilnya pun digunakan untuk kepentingan pendidikan. Karena tujuan kami membuka warnet khusus selepas jam pelajaran itu, bukan profit, akan tetapi suatu langkah antisipatif kami untuk menghindari kemungkinan adanya konten kurang baik yang diakses siswa,” kata Saepudin. Di samping itu, katanya lagi, satu atau dua bulan sekali pihaknya juga mengundang kapolsek dan kepala puskesmas Sukaresmi untuk menjadi pembina upacara di sekolah. Di sana mereka memberikan wejangan kepada warga sekolah tentang berbagai hal yang harus dihindari siswa, seperti tawuran, penyalahgunaan obat terlarang dan bahayanya menggunakan obat terlarang terhadap kesehatan pisik dan psikis. Memang, lanjut Saepudin, sejauh ini belum ada siswanya yang terlibat penggunaan obat-obat terlarang. Bahkan tawuran antar-pelajar pun belum pernah terdengar. Tapi Saepudin bersama segenap tenaga pendidik dan kependidikannya tetap merasa berkewajiban untuk membentengi siswa dari pengaruh yang tidak baik, dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat memperkuat SQ siswa. “Kami bertekat untuk menciptakan siswa SMPN 1 Sukaresmi yang cageur, bageur, bener dan pinter. Artinya, selain memiliki kecerdasan dan bekal akademis yang cukup, siswa juga dibina agar menjadi seseorang yang sehat secara fisik, bermoral, berkepribadian dan bertingkah laku yang baik,” tegas Saepudin. Hasilnya sudah kelihatan, dan hal itu bukan saja tercermin dari sikap ramah dan sopan para siswanya, tapi juga terimplementasikan dalam raihan kualitas pendidikan dan prestasinya, baik akademik maupun non akademik. Seperti kualitas pendidikannya, tergambar dari capaian rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) yang sudah lebih dari 8. Sementara prestasinya terlihat dari puluhan tropi dan piala yang dipajang di dua ruangan, yakni di ruang tamu kepala sekolah dan di ruang/etalse khusus yang terletak di kanan ruang kepala sekolah. Bahkan dilihat dari akreditasinya yang sudah mencapai A, siapa pun tentu akan langsung bisa menilai bahwa manajemen pendidikan di SMP yang memiliki 1.117 siswa dalam 27 rombongan belajar (rombel) itu, sudah sangat baik. Dengan kata lain, sudah berjalan di atas rel yang semestinya, yakni aturan-aturan standar nasional kependidikan. Padahal SMPN 1 Sukaresmi sendiri secara formal belum menyandang predikat Sekolah Standar Nasional (SSN). Hal itu diakui Saepudin. Sekolahnya memang tertinggal dalam hal meraih predikat SSN. Padahal kalau dilihat dari persyaratannya, semua sudah terpenuhi, sehingga seharusnya SMPN 1 Sukaresmi sudah menjadi SMP SSN sejak beberapa waktu lalu. “Kalau ada program dari Diknas yang menyangkut SSN, kami akan segera menyajukannya, dan kami siap dinilai kapan saja,” katanya. Terlepas dari soal itu, selama ini pihaknya sudah berupaya mengimplementasikan Delapan Standar Mutu Pendidikan di sekolahnya. Bahkan untuk lebih mendorong para pendidik dan tenaga kependidikannya dalam menerapkan delapan standar itu, organigram SMPN 1 Sukaresmi dirancang sedemikian rupa sehingga ada delapan guru atau tenaga kependidikan yang masing-masing bertanggungjawab dalam mengembangkan delapan standar tersebut. Dengan begitu, ke delapan standar mutu dapat terimplementasikan secara bersama-sama. Apalagi di sisi lain, kepala, para guru dan tenaga kependidikan, selalu berupaya untuk mengutakan soliditas, kebersamaan dan kekeluargaan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Ini menjadi daya dukung yang kuat bagi semua pihak untuk bekerja sebaik-baiknya, sehingga tak heran bila mutu pendidikan di SMP yang berdiri sejak 1979 itu terus meningkat. Tapi tak cukup sampai di situ. Saepudin masih melihat potensi sekolah untuk lebih maju. Termasuk dalam meningkatkan nilai UN, yang memang menjadi parameter capaian kualitas pendidikan di SMP bersangkutan. Untuk itu, dari sisi siswa, pihaknya melakukan berbagai upaya pemantapan agar siswa benar-benar siap menghadapi UN. Antara lain melakukan pemantapan selama satu jam sebelum jam pelajaran dimulai, yakni dari pukul 6.30 – 7.30, dilaksanakan pada Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu. “Itu kami lakukan sejak Januari lalu,” katanya. Sedangkan dari sisi guru, pihaknya mendorong mereka untuk memberikan pembinaan dan pembelajaran kepada siswanya secara lebih efektif, dan hal itu tidak semata untuk siswa kelas sembilan, akan tetapi semua siswa. Sebab dengan adanya pembinaan dan pembelajaran yang lebih efektif sejak kelas tujuh, akan lebih memudahkan merena menerima pelajaran di kelas-kelas selanjutnya. “Kami sadar betul, guru merupakan bagian terpenting dari capaian kualitas pendidikan. Karena itu kompetensi dan profesionalitas mereka harus terus didorong dan ditingkatkan,” kata Saepudin yang dalam menjalankan kepemimpinannya selalu berupaya transfaran, akuntabel dan partisipatif. Untuk itu, di samping mengikutsertakan tenaga pendidiknya dalam kegiatan penataran seperti yang rutin dilaksanakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) subrayon, atau kegiatan sejenis yang dilaksanakan pihak lain, juga secara internal melaksanakan workshop dan in house training, bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat, tim pengembang kurikulum kabupaten dan pengawas SMP. Bahkan mereka pun didorong untuk menguasai teknologi informasi (TI). Karena memang SMPN 1 Sukaresmi sudah mulai menerapkan proses pembelajaran berbasis TI. Paling tidak untuk materi pelajaran tertentu. Apalagi para guru di sana, yang berjumlah 41 orang, yang 21 orang di antaranya merupakan guru tidak tetap (GTT), sudah memiliki laptop sendiri. Laptop tersebut, ditambah dengan sarana pendukungnya seperti in-fokus, sudah biasa dijadikan para guru sebagai salah satu media pembelajaran. “Dalam memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswanya, guru di SMP ini juga memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Misalnya menugaskan siswa mengerjakan PR, yang materinya termuat dalam weblog tertentu. Sebab hampir semua guru memiliki weblog masing-masing. Ruang komputer yang kami miliki, juga dilengkapi internet, sehingga pembelajaran berbasis TI sebetulnya sudah berjalan lama,” papar Saepudin. Memang sarana prasarana yang dimiliki SMPN 1 Sukaresmi terbilang lengkap. Selain ruang komputer yang dilengkapi internet, juga ada lab IPA, lab sains, lab bahasa, ruang multimedia, ruang kesenian dan perpustakaan. “Lab IPA dan ruang media untuk sementara digunakan untuk ruang belajar, karena kami kekurangan dua ruang kelas, dan sudah kami ajukan permohonannya kepada Disdik. Mudah-mudahan tahun ini juga ada penambahan dua ruang kelas baru untuk SMP ini,” kata Saepudin seraya menyebutkan, SMPN 1 Sukaresmi juga menjadi induk SMP Terbuka Sukaresmi. Siswanya yang berjumlah 182 orang belajar di tiga tempat kegiatan belajar (TKB) mandiri, masing-masing di TKB Ciloto, TKB Cikanyere dan TKB Cipari. (Asep R.Rasyid) Dari Hipdzil Qur'an Hingga Olimpiade Tak berlebihan agaknya bila Kepala SMP Negeri 1 Sukaresmi, Saepudin, S.Pd, M.Pd, merencanakan untuk lebih menyemarakan kegiatan ekstrakurikuler (eskul) keagamaan dan kerohanian, terlebih lagi setelah masjid sekolah yang berukuran 324 m2 yang kini sedang dibangunannya, selesai. Sebab di samping dapat memperkuat para siswanya dengan iman dan taqwa (imtaq), kegiatan seperti itu juga melahirkan prestasi yang cukup membanggakan....Amin

0 komentar:

Posting Komentar